Pembajakan terhadap Reformasi sudah berulang kali terjadi, bahkan sudah terjadi sejak awal Reformasi dilahirkan. Janganlah gundah kawan, kita masih bersama, nurani yang luhur akan selalu mengawal Reformasi hingga tak pernah luntur. Kita LAWAN perompak-perompak Reformasi, kita jaga asa Reformasi dengan pantang menyerah. Kita tidak sendirian, buah pikiran dan tingkah laku Reformasi telah membuat Perompak menunjukkan jati diri mereka. Kenali mereka! Jangan lupakan mereka dan jangan pilih mereka untuk menjadi wakil kita, jangan pernah!
Reformasi telah melahirkan beberapa anak kandung. Sang anak kandung Reformasi mulai unjuk gigi, mulai dari KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), maupun Presiden, Gubernur dan Bupati yang dipilih langsung oleh rakyat. Jangan tertipu! Tidak semua Presiden, Gubernur, Bupati yang dipilih atau pernah terpilih adalah anak kandung Reformasi. Hati-hati! Perhatikan, karena banyak yang mengaku anak kandung padahal mereka adalah Perompak Reformasi! Mereka penipu ulung, serigala berbulu domba, mengatakan pendukung Reformasi tetapi meniadakan Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Mengusulkan, menyetujui, membantah, merancang pengganti, untuk apa? Drama ini adalah buatan manusia dengki dan kikir. Hentikan memperkosa kemampuan berpikir rakyat banyak, mengebiri Reformasi, menumpahkan darah Ibu Pertiwi.
Peristiwa pembajakan Reformasi merupakan bagian dari sejarah dan bagian dari pendewasaan bangsa Indonesia. Sudah menjadi tugas kita masing-masing dalam mempertahankan jalannya Reformasi sesuai dengan kemampuan diri kita. Pertarungan politik juga mencerminkan pertarungan di dalam kehidupan sehari-hari. Tidak semua elemen dari Bangsa Indonesia menyukai Reformasi. Tapi, kita cinta bangsa ini dan kita mengetahui bahwa Reformasi merupakan lambang cinta kita kepada Bangsa dan Negara Indonesia. Reformasi dilakukan untuk memperbaiki begitu banyak hal yang kurang baik bagi bangsa kita. Kekurangannya hanyalah kita belum berhasil mengeluarkan sisa-sisa racun bangsa masa lalu. Racun masa lalu telah mulai kembali disemai untuk kepentingan sebagian (entah besar atau kecil) elit bangsa. Inilah tugas kita untuk selalu mengganti bibit racun yang disemai dengan bibit Reformasi hingga saatnya kita menuai panen. Saat ini terbukti panen Reformasi belum sebanyak yang diharapkan. Jangan berhenti kawan! Kita pasti berhasil!
Bila anda politikus, kami tunggu tindakanmu mempertahankan Reformasi sambil menebar bibit-bibitnya. Bila anda pegawai negri, inilah kesempatanmu untuk unjuk gigi dan menjadi pemimpin Reformasi dalam mengabdi kepada negara. Bila anda karyawan swasta dan buruh, berkaryalah dan berperanlah dengan aktif untuk menunjukkan kepada masyarakat lainnya bahwa kita adalah pengawal Reformasi. Bagi anda yang menjadi Guru, inilah kesempatan besarmu untuk mendidik generasi penerus bangsa untuk melestarikan Reformasi. Bagi anda yang menjadi Seniman, karyamu akan melegenda pada waktunya, sejarah akan mencatat namamu yang harum. Bagi anda petani dan nelayan, hasil jerih payahmulah yang memberi bangsa ini makan, tunjukkan Reformasi akan membawa kejayaan dari hasil bumi dan air Indonesia. Bagi anda yang berprofesi sebagai dokter, tentara, polisi, peneliti, dan lainnya, berpegang teguhlah pada semangat Reformasi. Andalah penentu keberhasilan Reformasi bersama semua elemen bangsa ini. Kita akan selalu menang selama pengawal Reformasi bersatu menjaga asa. Perjalanan masih panjang.
Kita yang memilih Reformasi bukan Revolusi. Oleh karena itu dengan sadar marilah kita jaga agar pertumpahan darah tidak lagi pernah terjadi di Indonesia. Karena cinta kita terhadap Indonesia yang akan membawa generasi kita menuju ke pemenuhan lima sila dari Pancasila. Inilah Reformasi yang kita cari.
Tetap semangat! Merdeka!
2014, 16 Tahun Reformasi, Apa yang terkuak?
- Tahun 1998 GAGAL menjadi Tahun 1965?
Setelah enam belas tahun, perlahan-lahan mulai terungkap, mereka-reka dengan nalar dan mencoba untuk menyatukan bagian-bagian yang masih hilang. Terlebih setelah Indonesia memasuki era kebebasan informasi, di mana informasi tidak dapat lagi disembunyikan, kebenaran tidak lagi dapat direkayasa, pembodohan tidak lagi dapat dipaksakan. Biarkan hati nurani yang berbicara.
Film arahan Joshua Oppenheimer
Berdasarkan pengakuan pelaku penculikan dan pembunuhan 1965 di Sumatera Utara, mereka merupakan anggota dari organisasi kepemudaan yang populer sejak masa Orde Baru dan masih ada hingga saat ini. Yang layak untuk disimak adalah peristiwa 1965 di film tersebut terjadi sebagian besar di Medan, Sumatera Utara. Yang juga patut dicatat, kerusuhan 1998 bermula dari Medan, Sumatera Utara. Mungkinkah pelaku kerusuhan 1998 di Medan, dilakukan oleh orang atau kelompok yang sama? Karena sesuai temuan TGPF Kerusuhan Mei 98, disimpulkan kerusuhan dilakukan oleh kelompok yang terorganisir. Kami tidak menuduh, namun kami kira patut untuk diselidiki. Setelah kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, terungkap pula bahwa terdapat saksi mata yang menyatakan bahwa ia melihat seorang anggota kepemudaan yang ia kenal berada di dalam mobil yang memberi komando untuk membakar toko-toko di daerah Jakarta Selatan. Komnas HAM tampaknya perlu melanjutkan penyelidikan dengan lebih seksama untuk menghubungkan garis-garis yang selama ini masih terputus.
Apakah memang tujuan kerusuhan Mei 1998 untuk mencapai tujuan seperti peristiwa 1965 yang secara membabibuta melakukan pembinasaan terhadap kelompok tertentu sebagai kambing hitam pergantian Pemerintahan? Mengapa kerusuhan 1998 GAGAL? Mungkinkah bangsa ini di tahun 1998 tidak lagi sebodoh tahun 1965? Bangsa ini MELAWAN! Melawan pembuat onar, melawan perusuh, melawan pengacau. Berbeda dengan tahun 1965 karena peristiwa Kudeta yang mengagetkan, membingungkan, menyesatkan. Bangsa Indonesia pada tahun 1965 terpana dan belum dewasa sebagai bangsa dengan mudahnya diteror sehingga rakyat tercekam dan tak berani melawan yang mengakibatkan jutawaan nyawa anak bangsa hilang.
- Pengakuan Kivlan Zen 28 April 2014
Sebagai Mantan Kepala staf Kostrad Mayjen (purn) Kivlan Zen mengungkapkan kepada publik soal aktivis mahasiswa yang diculik pada tahun 1998.
https://youtu.be/rSTTitZajOM
Acara Siarang Langsung TV One 28 April 2014
Mari kita dukung Komnas HAM untuk memanggil Kivlan Zen sebagaimana ia ungkapkan sendiri bahwa ia mengetahui keberadaan para orang yang masih hilang tersebut. Masalah penculikan dan pembunuhan tidak memiliki hubungan dengan pemilihan presiden, namun penculik dan pembunuh tentu memiliki hubungan dengan peristiwa penculikan maupun pembunuhan. Maka untuk itu tersangkanya layak untuk dipanggil, ditangkap dan diadili.