Paian Siahaan menuntut pengungkapan kasus dan keadilan atas penculikan yang menimpa anaknya, Ucok Munandar Siahaan, pada tahun 1998. Pesan ini disampaikannya dalam kegiatan Kamisan yang ke-806 di depan Istana Presiden (22 Februari 2024). Dalam orasinya di hadapan ratusan aktivis dan relawan, Paian Siahaan membacakan sebuah puisi yang berjudul “Jejakku Masih Mati tapi Penculikku Jadi Penguasa Negeri”. Berikut petikan puisi :
Namaku Ucok
Bapakku Paian
Marganya Siahaan
Sembilan delapan aku menghilang
Napas bebasku diperkosa
Katanya
“kau terlalu gempar!”
Padahal cuma mengkritik si jenderal besar
Namaku Ucok
Bapakku Paian
Marganya Siahaan
Lima tahun berganti
Aku masih memaki
Tubuhku tidak di bawah bumi
Menatap hitam di tepi
“kapan ditemukannya aku nanti?”
Namaku Ucok
Bapakku Paian
Marganya Siahaan
Tahun dua puluh empat aku masih gentayangan
Bagai hantu dengan amarah tertekan
Sebab jejakku masih mati
Tapi penculikku jadi penguasa negeri
Ucok Munandar Siahaan adalah salah satu korban penculikan 13 aktivis tahun 1998. Sampai sekarang, aktivis kelahiran 17 Mei 1976 itu masih belum ditemukan. Menurut Paian, anak keduanya sudah menunjukan semangat dan sikap kritis sejak setahun sebelum Presiden Soeharto turun. Ucok yang saat itu kuliah di STIE Perbanas terakhir terlihat pada tanggal 10 Mei 1998 dan telah dilaporkan hilang.