Menolak Lupa dan Ketidakpahaman pada Aksi Kamisan

Aksi Kamisan sudah berlangsung selama 17 tahun menjadi upaya pencarian keadilan atas hak asasi manusia di Indonesia.

Oleh
RONY ARIYANTO NUGROHO
Penggerak Aksi Kamisan, Maria Catarina Sumarsih, bersama sejumlah aktivis, akademisi, mahasiswa, dan elemen masyarakat sipil lainnya mengangkat kartu merah dan kuning sebagai simbol peringatan kepada pelanggar demokrasi saat Aksi Kamisan ke-805 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (15/2/2024).
Penggerak Aksi Kamisan, Maria Catarina Sumarsih, bersama sejumlah aktivis, akademisi, mahasiswa, dan elemen masyarakat sipil lainnya mengangkat kartu merah dan kuning sebagai simbol peringatan kepada pelanggar demokrasi saat Aksi Kamisan ke-805 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (15/2/2024). KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Dalam era media sosial, kita bebas untuk menyampaikan pendapat pada kolom komentar yang disediakan pada sebuah unggahan. Jari jemari kita adalah penyambung apa yang ada di kepala kita. Jika dulu mulut yang bersuara, maka kini deretan kata menjadi ekspresi seseorang saat melihat suatu hal.

Dalam dua hari terakhir, media sosial hangat membahas komentar dari salah satu warga negara pada unggahan foto di akun instagram @hariankompas. Foto yang menampilan Maria Catarina Sumarsih, seorang aktivitis hak asasi manusia (HAM) Indonesia mengacungkan kartu merah dalam Aksi Kamisan di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (15/2/2024). Aksi itu berlangsung satu hari setelah pemungutan suara Pemilu 2024.

Dalam kolom komentar, netizen tersebut menulis kalimat dalam bahasa Jawa “Wes tooo, pemilu wis rampung Bu, tinggal nunggu KPU.. quick count juga sdh ada.. trimo karo lapang dodo, ora usah nggawe ribut malah.. ojo gelem dikongkon ngene.. pun kundur mawon.” Kalimat tersebut jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “Sudahlah, pemilu sudah selesai, Bu, tinggal nunggu KPU.. quick count juga sdh ada.. terima dengan lapang dada, tidak usah malah membuat ribut.. jangan mau disuruh seperti ini.. sudah pulang saja.”

Sejumlah kalangan menilai komentar dari sosok yang lumayan dikenal itu kurang tepat dan sebagian menganggap bahwa si penulis komen nirempati pada apa yang selama ini diperjuangkan oleh bangsa, yaitu keadilan pada HAM. Mereka juga menyangsikan si pembuat komentar tersebut tidak memahami apa itu Aksi Kamisan. Dan pada umumnya sebuah unggahan atau komentar pada sebuah unggahan di media sosial, maka reaksi dari orang lain menjadi konsekuensi yang terjadi. Komentar tersebut sudah dihapus oleh si pengunggah. Meski demikian, sejumlah orang telah melakukan tangkapan layar pada komentar tersebut dan kini beredar luas di media sosial.

Aksi Kamisan adalah sebuah gerakan yang bukan main-main. Sekelompok orang berdiri tegak di seberang Istana Merdeka, Jakarta, dalam aksi damai memperjuangkan hak kemanusiaan setiap hari Kamis sore. Aksi Kamisan dimulai sejak 18 Januari 2007. Aksi ini dimotori Maria Catarina Sumarsih, ibu dari Bernardus Realino Norma Irmawan alias Wawan, mahasiswa Unika Atmajaya yang tewas dalam peristiwa Semanggi I pada tahun 1998. Selain dirinya, Suciwati dan Bedjo Untung turut membidani gerakan Aksi Kamisan tersebut. Suciwati adalah istri mendiang pejuang Hak Asasi Manusia Munir Said Thalib yang tewas diracun saat di dalam pesawat penerbangan menuju Amsterdam, Belanda, pada tahun 2004. Sedangkan Bedjo Untung adalah perwakilan keluarga korban pembunuhan dan penangkapan tanpa prosedur hukum pasca tragedi 1965.

Pengunjuk rasa yang tergabung dalam Jaringan Solidaritas Keluarga Korban (JSKK) beraksi diam dengan membawa foto korban pelanggaran hak asasi manusia dan payung hitam di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (18/1/2007). Kegiatan ini menjadi awal dari Aksi Kamisan yang hingga kini masih berlangsung setiap hari Kamis.
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Pengunjuk rasa yang tergabung dalam Jaringan Solidaritas Keluarga Korban (JSKK) beraksi diam dengan membawa foto korban pelanggaran hak asasi manusia dan payung hitam di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (18/1/2007). Kegiatan ini menjadi awal dari Aksi Kamisan yang hingga kini masih berlangsung setiap hari Kamis.

Pengunjuk rasa yang tergabung dalam Jaringan Solidaritas Keluarga Korban (JSKK) dalam aksi diam dengan membawa foto korban pelanggaran HAM dan payung hitam di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (18/1/2007).
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Pengunjuk rasa yang tergabung dalam Jaringan Solidaritas Keluarga Korban (JSKK) dalam aksi diam dengan membawa foto korban pelanggaran HAM dan payung hitam di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (18/1/2007).

Penggerak Aksi Kamisan, Maria Catarina Sumarsih, saat tiba di seberang Istana Merdeka, Jakarta, untuk menggelar Aksi Kamisan, Kamis (22/6/2023).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Penggerak Aksi Kamisan, Maria Catarina Sumarsih, saat tiba di seberang Istana Merdeka, Jakarta, untuk menggelar Aksi Kamisan, Kamis (22/6/2023).

Suciwati, istri aktivis HAM, Munir Said Thalib, ikut bergabung dalam Aksi Kamisan yang mengangkat tema 14 Tahun Wafatnya Munir di depan Istana Negara, Jakarta, Kamis (6/9/2018).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Suciwati, istri aktivis HAM, Munir Said Thalib, ikut bergabung dalam Aksi Kamisan yang mengangkat tema 14 Tahun Wafatnya Munir di depan Istana Negara, Jakarta, Kamis (6/9/2018).

Penyintas tragedi 1965-1966, Bedjo Untung (74), ditemui di sela-sela aksi Kamisan, di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (12/1/2023).
KOMPAS/REBIYYAH SALASAH

Penyintas tragedi 1965-1966, Bedjo Untung (74), ditemui di sela-sela aksi Kamisan, di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (12/1/2023).

Para aktivis dan masyarakat peduli korban pelanggaran HAM serta Koalisi Masyarakat Sipil berkumpul dalam Aksi Kamisan ke-804 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (1/2/2024).
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Para aktivis dan masyarakat peduli korban pelanggaran HAM serta Koalisi Masyarakat Sipil berkumpul dalam Aksi Kamisan ke-804 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (1/2/2024).

Para pencari keadilan itu tidak berdiri sendiri. Pejuangan Aksi Kamisan yang menyuarakan tuntutan penuntasan serentetan pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia juga diikuti berbagai gelombang elemen masyarakat yang peduli, memiliki kesadaran, dan berempati terhadap kondisi pelanggaran HAM yang masih terus terjadi di negeri ini.

Masyarakat sipil lintas generasi dan latar belakang sosial yang memiliki kepedulian dan sikap yang sama pun selalu hadir dalam setiap aksi tersebut. Bukan hanya Jakarta, masyarakat yang peduli HAM di sejumlah kota lain di Indonesia pun menggelar Aksi Kamisan, seperti salah satunya di Kota Bandung dan Yogyakarta. Selama penuntasan deretan angka panjang kasus pelanggaran HAM di Indonesia tak tertuntaskan, maka aksi ini akan terus berlangsung di depan istana sang penguasa negara.

Peserta aksi melempar payung hitam ke atas dalam Aksi Kamisan Ke-500 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (27/7/2017).
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Peserta aksi melempar payung hitam ke atas dalam Aksi Kamisan Ke-500 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (27/7/2017).

Sejumlah aktivis, seniman, dan masyarakat bergabung dalam Aksi Kamisan di Depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, yang memasuki usia 9 Tahun aksi yang menuntut pengusutan kasus-kasus pelanggaran HAM ini, Kamis (21/1/2016).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Sejumlah aktivis, seniman, dan masyarakat bergabung dalam Aksi Kamisan di Depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, yang memasuki usia 9 Tahun aksi yang menuntut pengusutan kasus-kasus pelanggaran HAM ini, Kamis (21/1/2016).

Sejumlah aktivis Kamisan menggelar aksi di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, untuk keprihatinan tewasnya Salim Kancil, Kamis (1/10/2016). Mereka mempertanyakan penegakkan hukum atas legalnya kejahatan lingkungan yang berujung pada aksi barbar pembunuhan Salim Kancil (52) warga Lumajang, Jawa Timur, yang dibunuh dengan sadis oleh puluhan orang yang melibatkan kepala desa akibat menolak penambangan pasir pada 26 September 2016.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Sejumlah aktivis Kamisan menggelar aksi di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, untuk keprihatinan tewasnya Salim Kancil, Kamis (1/10/2016). Mereka mempertanyakan penegakkan hukum atas legalnya kejahatan lingkungan yang berujung pada aksi barbar pembunuhan Salim Kancil (52) warga Lumajang, Jawa Timur, yang dibunuh dengan sadis oleh puluhan orang yang melibatkan kepala desa akibat menolak penambangan pasir pada 26 September 2016.

Aktivis menggelar aksi Kamisan di perempatan Tugu, Yogyakarta, Kamis (4/8/2016). Aksi itu untuk mengecam pelaporan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Haris Azhar, atas tuduhan pencemaran nama baik terkait penyebaran informasi jaringan narkoba yang melibatkan bandar narkoba Freddy Budiman.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Aktivis menggelar aksi Kamisan di perempatan Tugu, Yogyakarta, Kamis (4/8/2016). Aksi itu untuk mengecam pelaporan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Haris Azhar, atas tuduhan pencemaran nama baik terkait penyebaran informasi jaringan narkoba yang melibatkan bandar narkoba Freddy Budiman.

Aktivis, sukarelawan dan korban pelanggaran HAM mengikuti aksi diam Kamisan di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (3/10/2019).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Aktivis, sukarelawan dan korban pelanggaran HAM mengikuti aksi diam Kamisan di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (3/10/2019).

Aktivis dan keluarga korban pelanggaran HAM berkumpul di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (19/1/2017) untuk memperingati 10 tahun aksi kamisan.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Aktivis dan keluarga korban pelanggaran HAM berkumpul di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (19/1/2017) untuk memperingati 10 tahun aksi kamisan.

Cap tangan dan tuntutan dalam Aksi Kamisan Ke-500 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (27/7/2017). dalam aksi bertema 500 Kamis Cuma Janji Manis itu menuntut penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu. Ratusan penggiat HAM ikut menyemarakkan aksi itu.
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Cap tangan dan tuntutan dalam Aksi Kamisan Ke-500 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (27/7/2017). dalam aksi bertema 500 Kamis Cuma Janji Manis itu menuntut penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu. Ratusan penggiat HAM ikut menyemarakkan aksi itu.

Maria Catarina Sumarsih dengan payung hitamnya saat mengelar Aksi Kamisan di depan Istana Negara, Jakarta, Kamis (6/12/2018).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Maria Catarina Sumarsih dengan payung hitamnya saat mengelar Aksi Kamisan di depan Istana Negara, Jakarta, Kamis (6/12/2018).

Payung hitam dan pakaian hitam dikenakan di setiap aksi menjadi simbol duka berkepanjangan yang enhtah sampai kapan. Spanduk bertema perjuangan HAM dan foto-foto para korban kekerasan negara terhadap warga sipil terpampang dibentangan di bagian depan pada setiap aksi. Spanduk dan foto-foto ini agar terlihat oleh Istana Kepresidenan, tetapi seringkali tertutup oleh barisan polisi yang berderet menghadap ke mereka.

Sejumlah kasus pelanggaran HAM oleh negara telah terjadi di Indonesia dari masa ke masa. Kasus pembantaian dan penangkapan tanpa prosedur hukum secara massal pasca tragedi 1965, kasus Tragedi Tanjung Priok 1984, kasus penembakan misterius (petrus) 1982-1985, kasus Talangsari 1989, kasus Marsinah 1993, kasus pembunuhan wartawan Udin 1996, kasus kekerasan pada masa Reformasi 1998 termasuk kasus Tragedi Semanggi I dan II, Tragedi Trisakti, disertai penculikan dan pembunuhan sejumlah orang, kasus tewasnya Munir 2004, dan deretan kasus pelanggaran HAM lain acap kali mewarnai perjalanan bangsa ini. Bahkan, pelaksanaan beberapa Proyek Strategis Nasional di sejumlah wilayah di Indonesia yang digadang menjadi kemajuan peradaban justru menimbulkan pelanggaran HAM dengan menumbalkan warga sipil secara tidak beradab.

Peserta membawa poster yang menampilkan wajah Presiden Joko Widodo dan Presiden kedua Soeharto saat mengikuti Aksi Kamisan ke-589 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (20/6/2019).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Peserta membawa poster yang menampilkan wajah Presiden Joko Widodo dan Presiden kedua Soeharto saat mengikuti Aksi Kamisan ke-589 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (20/6/2019).

Salah satu pesan dari Aksi Kamisan di depan Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (24/10/2019). Aksi diam yang ke-607 tersebut konsisten menagih Pemerintah untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia. Selain itu kasus-kasus lain seperti maraknya korupsi juga menjadi tuntutan mereka untuk segera diselesaikan.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Salah satu pesan dari Aksi Kamisan di depan Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (24/10/2019). Aksi diam yang ke-607 tersebut konsisten menagih Pemerintah untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia. Selain itu kasus-kasus lain seperti maraknya korupsi juga menjadi tuntutan mereka untuk segera diselesaikan.

Spanduk yang dibentang aktivis Kamisan bersama mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara ketika menggelar Aksi Kamisan ke-772 di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (4/5/2023).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Spanduk yang dibentang aktivis Kamisan bersama mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara ketika menggelar Aksi Kamisan ke-772 di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (4/5/2023).

Sejumlah potret korban pelanggaran HAM Berat dipampang dalam Aksi Kamisan ke-794 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (9/11/2023).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Sejumlah potret korban pelanggaran HAM Berat dipampang dalam Aksi Kamisan ke-794 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (9/11/2023).

Sejumlah aktivis mengikuti Aksi Kamisan ke-585 yang berlangsung di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (9/5/2019). Aksi Kamisan tersebut mengusung tema peringatan 26 tahun kasus Marsinah yang belum terungkap.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Sejumlah aktivis mengikuti Aksi Kamisan ke-585 yang berlangsung di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (9/5/2019). Aksi Kamisan tersebut mengusung tema peringatan 26 tahun kasus Marsinah yang belum terungkap.

Sukarelawan bersama aktivis Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) menggelar Aksi Kamisan di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (27/10/2022).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Sukarelawan bersama aktivis Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) menggelar Aksi Kamisan di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (27/10/2022).

Salah satu keluarga korban pelanggaran HAM menyampaikan orasi saat bersama aktivis Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) menggelar Aksi Kamisan di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (27/10/2022).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Salah satu keluarga korban pelanggaran HAM menyampaikan orasi saat bersama aktivis Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) menggelar Aksi Kamisan di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (27/10/2022).

Sukarelawan Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) dan Jaringan Muda Setara menggelar Aksi Kamisan di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (8/9/2022).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Sukarelawan Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) dan Jaringan Muda Setara menggelar Aksi Kamisan di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (8/9/2022).

Mirisnya, hingga ke-805 aksi ini digelar, negara tak kunjung menyelesaikan rentetan kasus-kasus pelanggaran HAM yang diperjuangkan oleh mereka. Berbagai era tampuk kepemimpinan, penuntasan kasus pelanggaran HAM tidak pernah terselesaikan dengan asas hukum yang berlaku dan adil bagi mereka para korban kekerasan dan politis negara terhadap rakyatnya.

Mereka juga melawan adanya sikap negara justru memberlakukan impunitas terhadap para terduga pelaku dan dalang pelanggar HAM, bahkan beberapa diantaranya masih turut menjadi bagian pemerintahan dan bebas menggerakkan politik di Indonesia.

Para aktivis Aksi Kamisan dengan payung khas aksi dalam Aksi Kamisan ke-782 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (3/8/2023). Aksi Kamisan ke-782 ini mengangkat tema perlunya keadilan penegakan hukum yang serius terhadap oknum TNI yang melakukan kejahatan korupsi.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Para aktivis Aksi Kamisan dengan payung khas aksi dalam Aksi Kamisan ke-782 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (3/8/2023). Aksi Kamisan ke-782 ini mengangkat tema perlunya keadilan penegakan hukum yang serius terhadap oknum TNI yang melakukan kejahatan korupsi.

Sumarsih (64), ibu dari Norma Irawan, mahasiswa Universitas Atma Jaya Jakarta yang tewas dalam Tragedi Semanggi I tahun 1998, berpose di tengah karya instalasi yang berisi foto-foto aksi kamisan yang dipajang saat berlangsung diskusi "Penegakan Hukum dan Penyelesaian Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia, 10 Tahun Aksi Kamisan" di Jakarta, Rabu (18/1/2017).
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Sumarsih (64), ibu dari Norma Irawan, mahasiswa Universitas Atma Jaya Jakarta yang tewas dalam Tragedi Semanggi I tahun 1998, berpose di tengah karya instalasi yang berisi foto-foto aksi kamisan yang dipajang saat berlangsung diskusi “Penegakan Hukum dan Penyelesaian Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia, 10 Tahun Aksi Kamisan” di Jakarta, Rabu (18/1/2017).

Sejumlah aktivis, seniman, dan masyarakat bergabung dalam Aksi Kamisan di Depan Gedung Sate, Bandung, yang memasuki usia 9 Tahun aksi yang menuntut pengusutan kasus-kasus pelanggaran HAM ini, Kamis (21/1/2016).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Sejumlah aktivis, seniman, dan masyarakat bergabung dalam Aksi Kamisan di Depan Gedung Sate, Bandung, yang memasuki usia 9 Tahun aksi yang menuntut pengusutan kasus-kasus pelanggaran HAM ini, Kamis (21/1/2016).

Tahun 2024 ini, sudah 17 tahun Aksi Kamisan ini berdiri, konsisten berjuang menyuarakan pemberangusan HAM oleh negara terhadap rakyatnya. Selama penegakkan HAM di Indonesia masih tidak dijunjung tinggi, maka mereka akan tetap ada dan berlipat ganda.

Hujan, terik panas, telinga yang tersumpal, hati nurani yang menggelapkan mata tidak akan merobohkan Aksi Kamisan, apalagi hanya sebuah komentar dari seorang netizen.

Sumber : https://www.kompas.id/baca/foto/2024/02/17/menolak-lupa-dan-ketidakpahaman-pada-aksi-kamisan

Leave a Reply

Share via
Copy link
Powered by Social Snap