Barikade 98 Menolak dengan Tegas Politik Identitas.

Kondisi mental dan karakter masyarakat Indonesia belum terlepas dari sentimen primordialisme dan sektarianisme yang masih kuat mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia sekalipun sudah hidup di era demokratisasi terbuka dan era digitalisasi modern. Ada satu Kondisi mental dan karakter masyarakat Indonesia belum terlepas dari sentimen primordialisme dan sektarianisme yang masih kuat mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia sekalipun sudah hidup di era demokratisasi terbuka dan era digitalisasi modern. Ada satu hal yang tak dapat dilepaskan dari perjalanan politik di Indonesia, yaitu Politik Identitas. Politik identitas akan terus hadir dalam narasi politik Indonesia menuju pemilihan Presiden,

Berdasarkan dengan hal itu, Dewan Pimpinan Nasional Barikade 98 mencoba mengkaji lebih dalam dengan menyelenggarakan diskusi yang bertajuk “Antisipasi Menghadapi Isu Politik Identitas Menjelang Pemilu 2024” di Kantor Barikade 98 Jl. Cimandiri No. 7 Cikini, Jakarta Pusat hari Rabu, 08 Maret 2023 Pukul 14.00 s.d 17.00. Ini merupakan kontribusi Barikade 98 dalam membuat politik Indonesia bisa lebih bermartabat.

Dihadapan kurang lebih 50 peserta yang berasal dari Barikade 98 di 34 Provinsi, Alumni Orange Unika Atma Jaya, mahasiswa Unija, dan masyarakat umum serta peserta online, Alex Leonardo selaku Ketua Pelaksana sekaligus moderator membuka kegiatan dan membacakan aturan main serta Narasumber diberi waktu 20 menit untuk memaparkan materi sebelum sesi tanya jawab. Diskusi dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan diskusi resmi dimulai. Kegiatan ini penting untuk mendudukan secara jernih bagaimana idealnya politik identitas bekerja dalam situasi masyarakat Indonesia yang sangat majemuk, Alex menambahkan.

Narasumber pertama Ketua DPW Barikade 98 DKI, Decky Matulessy, MM, memaparkan bahaya politik identitas apabila terus dilakukan dalam demokrasi saat ini. Narasumber kedua adalah Ny. Geni Ngantung yang tak lain putri dari Alm. Bapak Henk Ngantung Gubernur DKI periode 1964-1965 dan memberikan ulasan tentang kehidupan Politik Jakarta saat itu dan dibandingkan dengan kehidupan politik Jakarta saat ini. Kepala Badan Kesbangpol DKI, Drs. Taufan Bakri, M.Si, yang dijadwalkan menjadi narasumber terakhir berhalangan hadir karena harus mewakili Pj. Gubernur DKI dalam acara BNPT disaat bersamaan.

Sesi Tanya jawab dengan antusias disambut oleh peserta. Apriyanto Tambunan alias Choki Alumni Orange Unika Atma Jaya / aktifiis 98 mengungkapkan jangan pernah takut melawan politik identitas karena kita percaya aparat kepolisian akan terus menjaga kestabilan nasional. Dipenghujung acara, Decky Matulessy menyatakan “Jangan ada politik identitas diantara kita karena berakibat fatal bagi bangsa dan hasil diskusi ini akan diberikan kepada para pemuka agama agar tempat beribadah tidak dijadikan sarana berpolitik”. Selanjutnya, Ny. Geni Ngantung mengutarakan bahwa “politik identitas adalah suatu kemunduran bahkan suatu kebodohan dalam demokrasi di Indonesia”.

Eriq Namara selaku Sekretaris Pelaksana menyatakan hal ini bagian dari upaya merefleksikan kondisi politik nasional yang salah satunya terancam oleh politik identitas. “tema politik identitas menjadi salah satu isu utama menjelang pemilu 2024 sehingga sangat perlu didiskusikan lebih jauh. Politik identitas adalah hal yang sangat wajar dalam negara demokrasi karena ada ruang bagi ekspresi primordial (ras, suku, agama, ideologi politik) diperjuangkan oleh masing-masing individu atau kelompok. Politik identitas itu terbukti jadi strategi politik yang efektif dan efisien sehingga wajar sering digunakan dalam pemilu namun diupayakan agar tidak menjadi perpecahan sesama bangsa, “terang Eriq.

Leave a Reply

Share via
Copy link
Powered by Social Snap